Tika mata di uji manisnya senyuman
Terpamit rasa menuju harapan
Dan seketika terlontar ke dunia khayalan
Hingga terlupa singgah perjalanan
Tersedar aku dari terlena
Dibuai lembut belaian cinta
Rela aku pendamkan impian yang tersimpan
Enggan ku keasyikkan
Ku sangka keindahannya merampas rasa cinta
Pada Dia yang lebih sempurna
Bukan mudah bernafas dalam jiwa hamba
Dan ku cuba menghindarkan pesona maya
Ternyata bukannya ku hadapinya
Andai bukannya menghukum mereka
Di atas nama cinta pada yang selayaknya
Ku nafikan yang fana
Moga dalam hitungan setiap pengorbanan
Agar disuluh cahya redhaNya
Biar sendiri hingga hujung nyawa
Asal tak sepi dari kasihNya
Kerna sesungguhnya hakikat cinta
Hanya Dia yang Esa
Di atas nama cinta pada yang selayaknya
Ku nafikan yang fana
Moga dalam hitungan setiap pengorbanan
Agar disuluh redhaNya
Serahkah hati ini dengan cinta hakikiki
Sehingga kurasai nikmatNya syurgaNya cintaNya
Monday, November 23, 2009
Tuesday, October 6, 2009
Menanti di Alam Barzakh
Ku Merintih, Aku Menangis,
Ku Meratap, Aku Mengharap,
Ku Meminta Dihidupkan Semula,
Agar Dapat Kembali Ke Dunia Nyata,
Perjalanan Rohku,
Melengkapi Sebuah Kembara,
Singgah Di Rahim Bonda,
Sebelum Menjejak Ke Dunia,
Menanti Di Barzakh,
Sebelum Berangkat Ke Mahsyar,
Diperhitung Amalan,
Penentu Syurga Atau Sebaliknya,
Tanah Yang Basah Berwarna Merah,
Semerah Mawar Dan Jugak Rindu,
7 Langkah Pun Baru Berlalu,
Susai Talkin Penanda Syahdu,
Tenang Dan Damai Di Pusaraku,
Nisan Batu Menjadi Tugu,
Namun Tak Siapa Pun Tahu Resah Penantianku,
Terbangkitnya Aku Dari Sebuah Kematian,
Seakan Ku Dengari,
Tangis Mereka Yang Ku Tinggalkan,
Kehidupan Disini Bukan Suatu Khayalan x2
Tetapi Ia Sebenar Kejadian x2
Kembali Oh Kembli,
Kembalilah Kedalam Diri,
Sendirian Sendiri,
Sendiri Bertemankan Sepi,
Hanya Kain Putih Yang Membaluti Tubuhku,
Terbujur Dan Kaku,
Jasad Terbujur Didalam Keranda Kayu,
Ajal Yang Datang Dibuka Pintu ,
Tiada Siapa Yang Memberi Tahu,
Tiada Siapa Pun Dapat Hindari,
Tiada Siapa Yang Terkecuali,
Lemah Jemari Nafas Terhenti,
Tidak Tergambar Sakitnya Mati,
Cukup sekali Jasadku Untuk Mengulangi,
Jantung Berdenyut Kencang,
Menantikan Malaikat Datang,
Mengigil Ketakutan Gelap Pekat Dipandangan,
Selama Ini Diceritakan x2
Kini Aku Merasakan x2
Dialam Barzakh Jasad Dikebumikan x2
Ku Merintih, Aku Menangis,
Ku Meratap, Aku Mengharap,
Ku Meminta Dihidupkan Semula,
Agar Dapat Kembali Ke Dunia Nyata,
Ku Meratap, Aku Mengharap,
Ku Meminta Dihidupkan Semula,
Agar Dapat Kembali Ke Dunia Nyata,
Perjalanan Rohku,
Melengkapi Sebuah Kembara,
Singgah Di Rahim Bonda,
Sebelum Menjejak Ke Dunia,
Menanti Di Barzakh,
Sebelum Berangkat Ke Mahsyar,
Diperhitung Amalan,
Penentu Syurga Atau Sebaliknya,
Tanah Yang Basah Berwarna Merah,
Semerah Mawar Dan Jugak Rindu,
7 Langkah Pun Baru Berlalu,
Susai Talkin Penanda Syahdu,
Tenang Dan Damai Di Pusaraku,
Nisan Batu Menjadi Tugu,
Namun Tak Siapa Pun Tahu Resah Penantianku,
Terbangkitnya Aku Dari Sebuah Kematian,
Seakan Ku Dengari,
Tangis Mereka Yang Ku Tinggalkan,
Kehidupan Disini Bukan Suatu Khayalan x2
Tetapi Ia Sebenar Kejadian x2
Kembali Oh Kembli,
Kembalilah Kedalam Diri,
Sendirian Sendiri,
Sendiri Bertemankan Sepi,
Hanya Kain Putih Yang Membaluti Tubuhku,
Terbujur Dan Kaku,
Jasad Terbujur Didalam Keranda Kayu,
Ajal Yang Datang Dibuka Pintu ,
Tiada Siapa Yang Memberi Tahu,
Tiada Siapa Pun Dapat Hindari,
Tiada Siapa Yang Terkecuali,
Lemah Jemari Nafas Terhenti,
Tidak Tergambar Sakitnya Mati,
Cukup sekali Jasadku Untuk Mengulangi,
Jantung Berdenyut Kencang,
Menantikan Malaikat Datang,
Mengigil Ketakutan Gelap Pekat Dipandangan,
Selama Ini Diceritakan x2
Kini Aku Merasakan x2
Dialam Barzakh Jasad Dikebumikan x2
Ku Merintih, Aku Menangis,
Ku Meratap, Aku Mengharap,
Ku Meminta Dihidupkan Semula,
Agar Dapat Kembali Ke Dunia Nyata,
Sunday, October 4, 2009
Pemergianmu...Inteam
(Ya Rasulallah...)
Kau masih tersenyum mengubat lara
Selindung derita yang kau rasa
Senyuman yang mententeramkan
Setiap insan yang kebimbanganHakikatnya, tak tertanggung lagi derita
Di pangkuan isterimu Humaira?
Menunggu saat ketikanya
Diangkat rohmu bertemu Yang EsaTangan dicelup di bejana air
Kau sapu di muka mengurangkan pedih
Beralun zikir menutur kasihPada umat dan akhirat
Dan tibalah waktu ajal bertamu
Penuh ketenangan jiwamu berlalu
Linangan air mata syahdu
Iringi pemergianmu
Oh sukarnya untuk umat menerima
Bahkan payah untuk Umar mempercaya
Tetapi iman merelakan juaBahawa manusia ?kan mati akhirnya
Tak terlafaz kata mengungkap hiba
Gerhanalah seluruh semestaWalaupun kau telah tiada
Bersemarak cintamu selamanya
Ya RasulallahKau tinggalkan kami warisan yang abadi
Dan bersaksilah sesungguhnya
Kami merinduimu
Senilagu : Frizdan Senikata : Frizdan Hakcipta : Inteam Records Sdn. Bhd.Penerbit : Fizarahman Zainal Susunan Muzik : Firdaus Mahmud
Pengirim : munirah_smssm@hotmail.com
Kau masih tersenyum mengubat lara
Selindung derita yang kau rasa
Senyuman yang mententeramkan
Setiap insan yang kebimbanganHakikatnya, tak tertanggung lagi derita
Di pangkuan isterimu Humaira?
Menunggu saat ketikanya
Diangkat rohmu bertemu Yang EsaTangan dicelup di bejana air
Kau sapu di muka mengurangkan pedih
Beralun zikir menutur kasihPada umat dan akhirat
Dan tibalah waktu ajal bertamu
Penuh ketenangan jiwamu berlalu
Linangan air mata syahdu
Iringi pemergianmu
Oh sukarnya untuk umat menerima
Bahkan payah untuk Umar mempercaya
Tetapi iman merelakan juaBahawa manusia ?kan mati akhirnya
Tak terlafaz kata mengungkap hiba
Gerhanalah seluruh semestaWalaupun kau telah tiada
Bersemarak cintamu selamanya
Ya RasulallahKau tinggalkan kami warisan yang abadi
Dan bersaksilah sesungguhnya
Kami merinduimu
Senilagu : Frizdan Senikata : Frizdan Hakcipta : Inteam Records Sdn. Bhd.Penerbit : Fizarahman Zainal Susunan Muzik : Firdaus Mahmud
Pengirim : munirah_smssm@hotmail.com
Monday, September 28, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)